Kalian yang senang baca buku hardcopy, termasuk tim buku di sampul atau tim buku tidak di sampul? Saya termasuk penyuka buku hardcopy dan sampai saat ini masih membeli beberapa buku.Seperti yang pernah saya bahas seputar buku hardcopy, ada kesan tersediri ketika memegangnya. Semua buku yang saya miliki selalu di sampul dengan sampul plastik. Biasanya saya membeli sampul plastik yang gulungan. Jadi harus tempel selotip dan gunting sesuai ukuran buku yang ada. Bahkan dulu saat memiliki komik, tetap saya sampul dengan plastik.
Buat saya ketika menyampul buku memberikan efek tenang dan menyenangkan. Merentangkan sampul plastik, memegang cover buku, mengunting serta melipat sesuai ukuran, menempel dengan selotip, dan ketika sudah selesai semua ada kesan rapih dan awet. Buat saya sampul buku bukan sekedar hiasan saja, tapi menjadi pelindung agar cover tidak mudah rusak. Otomatis buku akan menjadi lebih "umur panjang", meskipun biasanya makin lama kertas akan berwarna kuning. Beberapa hari lalu saya beres-beres lemari dan menemukan satu gulungan sampul plastik yang masih utuh. Akhir-akhir ini memang intensitas saya membaca juga menurun. Bahkan saya cenderung malas untuk menyampul buku-buku yang saya baru beli. Kemudian, saya merasa inilah saatnya. Saat saya merasakan kebahagiaan untuk menyampul buku dan melihat hasilnya. Lantas saya keluarga semua peralatan yang di butuhkan seperti selotip dan gunting. Sejujurnya saya bukan termasuk orang yang rapih sekali, sehingga sampul plastiknya punya ukuran yang sama atas dan bawah. Kakak ipar saya termasuk yang super rapih. Kalau mau sampul buku sekolah anaknya, dia ukur dulu dengan penggaris. Jadi ukuran sampul buku semua sesuai dengan yang seharusnya. Tidak ada bagian yang pendek atau panjang. Bahkan biasanya di ujung, dia lipat model segitiga, jadi keliatan rapih pada bagian sudut buku. Duh... saya mah tidak sampai seperti itu. Terpenting buku tersampul dan merasa happy karena cover tetap terlihat bagus 😁
|
Dok. Pribadi
|
Itulah beberapa buku yang baru saya sampul plastik. Jika di lihat kebanyakan novel teenlit pengarang Luna Torashyngu, ya... saya menyukai hasil karyanya. Walaupun merasa umur sudah tua untuk baca tentang teenlit, tapi tetap saya masih menyukai. Karena karya Luna Torashyngu kadang di luar dugaan saya. Setiap baca lembar per lembar selalu menemukan keseruan dan penasaran dengan misteri yang di bahas. Makanya sampai sekarang saya masih membeli dan mengikuti semua buku karangannya. Buku Fumio Sasaki sudah saya miliki hampir sebulan, namun sampai saat ini belum selesai di baca. Entah kenapa, makin lama intensitas membaca jadi menurun. Cuma memang buku ini cocok untuk yang ingin memulai hidup minimalis. Saya pun jadi tertarik untuk mencoba di diri sendiri. Tapi, untuk saat ini masih dalam proses belajar dan memahami dulu.
Duh... jadi ngelantur. Padahal tulisan ini tentang sampul buku, namun jadi bahas seputar buku yang di miliki 🤣 Oh.. saya juga termasuk orang yang suka menulis nama, tanggal membeli buku, dan tempat membeli buku. Cuma untuk harga memang dari pertama kali punya novel tidak pernah saya cantumkan. Biasanya label harga juga saya buang saja, karena sudah nempel di plastik buku. Makin kesini, buku yang di jual sudah mencantumkan harga di atas barcode. Lumayan membantu saya untuk mengingat berapa nominal harga buku yang saya miliki tersebut. Kebiasaan menulis nama, tanggal, dan tempat masih diterapkan sampai saat ini. Buat saya itu menjadi kenang-kenangan bahwa berapa usia buku tersebut atau dimanakah tempat saya membeli buku itu. Kalian ada yang sama seperti saya sering menulis nama, tanggal, atau tempat beli buku? Saya pernah menemukan bahwa ada yang membubuhkan tanda tangannya di buku yang dibeli. Salah satunya papa saya. Daripada menulis nama, biasanya papa malah tanda tangan di halaman pertama setelah cover. Papa juga suka nulis tanggal buku tersebut di beli. Mengenai tempat membeli biasanya dia tidak tulis. Namun, kadang dia nulis harga dari buku tersebut. Pernah juga, label harga dia copot dari plastik, kemudian di tempel di bagian bawah kanan dari halaman pertama setelah cover.
Jadi, kalian termasuk tim sampul buku atau tidak? Lalu, hal unik apa yang biasa kalian lakukan pada buku yang dimiliki? Yukk.. yukk saling cerita siapa tahu jadi hal positif yang bisa di tiru 😉
Cover: Canva
Hahahaha, kalau saya mah dari zaman jebot, setiap kali beli buku, saya tulis nama, tanggal beli dan harga.
ReplyDeletejadi hampir semua buku saya pasti ada keterangannya, tapi bukan di sampul sih, kadang di bagian belakang buku, kadang juga di halaman pertama buku.
Kalau sampul, saya nggak setelaten itu :D
Akhirnya memang saya masukin rak yang ada tutupnya, biar nggak berdebu, sebalnya tuh di sini banyak banget debu.
Cuman nggak enaknya, karena nggak keliatan, makin nggak kebaca deh buku-buku tersebut.
Palingan kalau saya nggak nemu ide nulis, saya buka-buka deh buku yang ada, baru kebaca tuh para buku :D
Wahh... aku kadang suka kelupaan buat nulis nama dan tanggal beli. Kalau harga sih emang dari awal ga pernah nulis hhaa.
DeleteIya bener mba, kalau masukin rak ketutup kadang suka ga kebaca. Asal ga lupa aja sama buku-bukunya, kadang kalau uda kelamaan di taroh bisa lupa sama buku-buku tersebut hhhe..
Saya nggak sampul buku saya mba hihihi *ketauan malasnya* :)) -- tapi mba saya yang di rumah hobi wrap buku-buku saya. Jadi setelah dibaca, buku saya di-wrap pakai plastik wrap yang biasa untuk wrap makanan agar kedap udara hahahaha.
ReplyDeleteAlhasil kalau mau baca ulang, harus buka wrapnya. Kenapa nggak disampul? Sebab kata mba saya kalau nggak dibaca baiknya diwrap, biar nggak kuning-kuning bukunya. Jadi ketika saya turunkan buku-buku itu kepada sepupu atau siapapun yang membutuhkan, buku tetap terlihat baru meski sudah bertahun-tahun usianya :D
However, jaman sekolah, saya suka sampul buku pakai plastik seperti mba Devina. Sebetulnya lebih ke terpaksa karena ibu saya bilang bukunya harus disampul biar awet, padahal saya malas mengerjakannya :"""D
Hebat bukunya di wrap satu satu. Aku ga kepikiran untuk lakuin itu Mba hhha.. Iya emang sebelnya buku jadi kuning gitu, apalagi kalau uda lama banget. Padahal awal beli ga begitu, jadi sebel sendiri liatnya.
DeleteIyaa... jaman aku sekolah dulu juga gitu. Tapi dulu mama yang tugasnya sampulin buku cetak dan buku tulis aku hhhe..
Wakkkss..saya ga semua hahaha..ga nulis kapan beli , ga nyampul 🤭🤭🤭
ReplyDeleteBuku apa adanya saja ..dibiarkan saja...
malu aah 🏃🏃🏃🏃
Hhha... gapapa Mas yang apa adanya juga oke kok. Asal bukunya tetap dibaca yaa hhhee..
DeleteTim buku disampulin tapi sama orang lain (biasa beli di Togamas jadi gratis). Tapi tim yg ga ditulisi apa2, padahal dulu sempet suka tulis nama dan tanggal beli.
ReplyDeleteOoohh.. ada jasa sampul bukunya yaa Mas? Wah asik tuhh, biar sekalian gitu jadi sampai rumah sudah rapih hhhe..
DeleteAku pun sekarang-sekarang in isuka lupa nulis nama dan tanggal beli. Jadi kadang harus inget-inget lagi belinya tanggal berapa hhha.
Aku tim buku disampul asal bukan aku yg sampulin sendiri mbaaak, huahahaha. Memang pemalas anaknya nih *plak*😤. Entah kenapa aku paling gak bisa rapih dan paling males kalau bagian sampul2in buku, anehnya dulu waktu kecil pasti apik tenan, tiap libur semester (padahal baru libur berapa hari) udh sibuk nyampulim buku. Sekarang mah boro boro🤣. Padahal kalau buku disampul suka, karena memang terlihat lebih rapi, tapi nggak mau kalau disuruh nyampulin sendiri😂
ReplyDeleteKalau untuk hal2 unik gitu nggak ada sih mbak, cuma pernah beberapa kali halaman setelah cover nya aku tanda tangani dan aku kasih keterangan: this book is property of muggleborn. ceritanya ngikutin harry potter yg seri Half Blood Prince gitcuuu, wkwkwk.
Hhha... kadang emang nyampulin buku bikin males sih. Karena kan harus satu per satu hhhe.. Nah plus nya emang buku jadi lebih rapih gitu dan minimal debunya ga langsung kena cover buku hhhe..
DeleteHhha... gapapa lah Awl toh itu buku sendiri dan di baca sendiri juga kan 🤣
Saya anaknya cenderung pemalas. Buku sekolah saja, kalau bukan Tante saya, mungkin tidak akan pake sampul. Tapi mau juga sih kalo buku-buku saya disampul, tapi lihatnya saja sudah malas duluan. Tos kak Eno 👊😅
ReplyDeleteKalau menulis keterangan di buku, kayaknya hanoir tidak pernah. Hanya ada satu buku yang pernah saya tulisi dengan inisial di samping buku. Hasilnya juga tidak bagus, makanya tidak saya terapkan ke buku yang lain
Aku pun dulu saat sekolah biasanya mama yang sampulin buku cetak dan buku tulisku, Mas hhaa.. Karena dulu aku kalau sampulin buku yang ada sampulnya jadi lecek. Jadi si Mama ga sabaran dan dia lah yang sampulin semuanya 🤣
DeleteSetidaknya tahu kalau itu buku milik Mas. Nulis inisial bisa iya dan tidak, bukan kewajiban hhhe..
Aku tim buku disampul, Ci 🙈. Sempat beberapa tahun vakum nggak sampulin buku, lalu belakangan ini kembali menyampul agar covernya lebih awet dan nggak jadi bergelombang karena kena keringat saat membaca 😂
ReplyDeletePerihal menulis nama di buku, aku ini orangnya sayang banget sama buku yang aku beli jadi nggak pernah aku tulis-tulisin apapun, apalagi sampai diwarnai pakai stabilo karena aku nggak tega 🤣 but, ini preferensi masing-masing. Aku nggak masalah juga dengan orang yang menulis nama di bukunya sampai menstabilokan halaman sebab semua orang punya caranya masing-masing 😁
Oiya, kalau dalam hal menyampul buku, belakangan ini juga aku coba sampul tanpa menggunakan selotip 🙈 sebab kalau dilihat-lihat lama-lama bagian yang tersolatip jadi bertanda/ketika sampulnya dicopot jadi kelihatan ada tandanya gitu. Lagi-lagi, ini semua karena aku sayang lihat bukunya nggak mulus lagi jadi begitu 🤣 *posesip*
Iyaa emang preferensi masing-masing Li. Aku juga ga suka di warnai pakai stabilo. Bahkan di coret pakai pulpen merah pun aku ga suka. Aku cuma nulis di halaman pertama setelah cover aja. Halaman berikutnya ga pernah aku corat coret.
DeleteBahkan ujung buku di tekuk aja aku ga suka. Jadi selalu pakai pembatas buku untuk tandain sudah baca sampai halaman berapa. Sebel aja kalau lihat kertasnya lecek atau ketekuk gitu.
Oh... kalu ga pake selotip terus pakai apa Li? Iya sih emang pasti bertanda deh dan ga bakalan hilang tuh kayanya huhuu.
I can relate! Aku juga nggak suka melihat ujung buku yang tertekuk, rasanya langsung sedih dan kesal deh kenapa bisa teledor sampai bisa ketekuk lembarannya 😂
DeleteAku hanya sampulin seperti biasa, Ci. Hanya saja nggak dipakai selotip. Jadi setelah selesai disampul, bukunya agak ditekan-tekan atau ditumpuk pakai benda berat agar sampulnya lebih ngepress dan nggak mudah copot 🤭
Sebetulnya aku agak malas menyampul buku 🙈 tapi akhirnya aku sempat rajin menyampul beberapa koleksi bukuku karena waktu itu aku sempat aktif meminjamkan bukuku pribadi di situs Bookabuku (sekarang udah tutup). Alasannya karena akan dipinjamkan ke tangan lain, jadinya disampul aja biar lebih awet dan terjaga.
ReplyDeleteKalau soal tulis nama dan tanggal di buku itu juga aku lakukan XD biasanya tanda tangan dan tanggal pembelian buku tersebut. Cuma belakangan ini aku nggak melakukannya, entah kenapa wkwkwk
Wahh... cici pernah pinjamkan ke tangan lain ya? Pas balik ke cici masih dalam kondisi bagus ci? Aku kurang suka pinjemin ke orang. Jadi aku termasuk pelit untuk pinjemin buku 🤣 karena pinjemin ke temen dan balik dalam kondisi ga bagus. Entah keriting kertasnya karena kerna air, ujungnya ketekuk karena sebagai tanda, bahkan pernah kena percikan makanan gitu. Duh sebel jadinyaa dan sejak saat itu aku ga pernah mau pinjemin ke orang lain.
DeleteEmang sih ci, aku pun akhir-akhir ini aga males nulisinnya, jadi biasanya telat dan harus ingat lagi kapan tanggal belinya hhha..
Iya pernahhh. Awalnya deg-degan sih karena ini minjeminnya ke orang asing, kan. Tapi karena mikirinya ini platform online library yang minjam sama-sama pecinta buku, harusnya mereka bisa jaga buku pinjaman dengan baik. Dan benar aja, selalu balik dengan aman sentosa hihi
Deletehahahaha aku banget nih,, dulu tiap beli buku malah di halaman depannya aku bubuhi tandatangan dan inisial nama, rasanya sayang mau aku coreti tulisan nama, sayang ama kertasnya hehehe
ReplyDeletebiasa waktu pertama kali beli buku disayang sayang gitu mbak bukunya
untuk buku yang masih ada sampe sekarang dan ketika aku buka buka lagi, malah keinget "kenapa dulu cuman di tandatangani aja ya buku ini", rata rata begitu semua
kalau disampul hampir ga pernah, dari aku SD beli buku cerita kayaknya dibiarin aja dan malah heran waktu nemu beberapa buku cerita yang masih tersimpan di kamar adikku,, padahal buku zaman bahula banget dan lumayan masih bagus juga, padahal udah puluhan tahun lebih
Sebetulnya aku pun sayang kertasnya di coret-coret. Tapi mikirnya buat kenang-kenangan jadi tak apalah di tulis dikit hhhe..
DeleteWah... keren kalau uda lama dan masih bagus. Berarti tersimpan dengan baik tuh Mba hhhe...
Mbaaa. Aku juga pecinta Luna Torashyngu nih hahaha sampe lengkap banget buku-bukunya dari berbagai seri ahahaha
ReplyDeleteTapi, kalo ngomongin sampul aku bukan orang yang serajin itu jadi gak satupun bukuku di sampul kecuali buku sekolah dahulu kala alhasil buku ku tidak berada dalam kondisi baik apalagi yang dulu-dulu hiks
Kalo soal identitas aku juga selalu kasih nama+ttd+tgl beli, supaya inget aja buku ini udah berapa tahun dan sampe sekarang sih masih dilakuin, bahkan waktu masih kecil sampe bikin stempel lucu2 buat nandain hak milik buku hahaha
Yeaayyy Tos mba hhha..
DeleteAku pun kadang suka malas untuk sampulin. Jadi belinya kapan, baru di sampulnya bisa uda lamaaa setelah beli hhhe..
Ah.. iyaa bener dulu ada stempel lucu-lucu gitu yaaa. Jadi ciri khas kita gitu, barang-barang di kasih stempel hhha.. Entah sekarang masih ada atau ga tuh stempel kaya begitu. Jadi nostalgia hhha..