Ketika sesuatu tidak sesuai harapan, reaksi penolakan yang muncul pertama kali. Penolakan tentu menjadi hal yang tidak disukai, namun perlu untuk di terima. Beberapa hari lalu saya membahas mengenai survey rumah. Namun menemukan kegalauan apakah akan mengambil rumah tersebut atau tidak. Sadar bahwa sedang membutuhkan rumah dan menemukan sesuai idaman, tapi lokasi kurang mendukung. Akhirnya saya memutuskan menolak tawaran membeli rumah tersebut. Bye-bye rumahð
Saya memutuskan untuk membatalkan pembelian, tentu harus menginformasikan kepada marketing yang sudah membantu kami. Bagian ini yang sulit buat saya. Karena saya sadar bahwa memberi penolakan atau mendapatkan penolakan bukanlah hal yang menyenangkan. Saya perlu menjelaskan mengapa saya menolak tawaran tersebut. Hal tersebut memang tidak mudah, karena saya suka merasa sungkan terhadap orang lain. Sejak awal pihak marketing tersebut berkomunikasi dengan saya, maka mau tidak mau perlu di lakukan.
Saya pun menghubungi pihak marketing dan menjelaskan mengapa batal membeli rumah tersebut. Batalnya membeli rumah, bukan sekedar penolakan yang dirasakan oleh marketing, namun penolakan yang saya rasakan juga. Saya menolak untuk tinggal di kawasan yang kurang membuat nyaman. Balik lagi karena saya orangnya overthinking, jadi lebih baik mencari yang aman saja. Daripada tetap membeli di situ dan membuat kepikiran, lebih baik saja sabar dan mulai lagi cari dari awal.
Terkadang mendapatkan penolakan bukanlah hal nyaman. Saya merasa demikian ketika akhirnya menolak rumah tersebut. Berasa usaha kemarin cari tahu dan survey itu adalah hal sia-sia. Padahal setelah tenang, semua bukanlah sia-sia. Saya jadi tahu tentang hal baru seputar mencari rumah. Cari rumah memang tidak mudah, tapi perlu di nikmati prosesnya. Saya pun menolak juga untuk menerima perasaan kecewa karena harapan yang tidak menjadi kenyataan.
Namanya penolakan identik dengan hal negatif. Padahal tidak selamanya penolakan itu buruk. Dari penolakan saya belajar bahwa butuh usaha lagi untuk mencoba mencari rumah baru. Butuh sabar dan semangat lagi untuk memulai survey lokasi. Saya juga belajar untuk menerima bahwa bukan sekarang waktunya membeli rumah. Kalau kata orang akan ada pelangi sehabis hujan kan. Mungkin kesempatan itu akan terjadi nanti. Rasa sungkan dan overthinking yang menyertai penolakanlah yang membuat tidak nyaman. Padahal tidak selalu penolakan itu harus di barengi rasa sungkan dan overthinking. Ya.. semua butuh proses dan perjalanan inilah yang perlu dilalui setahap demi setahap.
Apa teman-teman ada kisah seputar penolakan yang masih diingat sampai sekarang?
Cover: Canva
paling pahit sih ketika ditolak mentah-mentah oleh cewek yang saya taksir. dulu banget haha.
ReplyDeleteDuuhhh ðð semoga uda move on yaa kaak..
DeleteWah ternyata lagi dalam misi pencarian rumah yaa, Dev? Semoga lancar yaaa. Kalau memang sudah waktunya, pasti akan ketemu dengan rumah impian ð
ReplyDeleteBaik menolak maupun ditolak sama-sama nggak enak ya rasanya. Tapi buatku pribadi yang nggak enakan ini, aku cukup belajar lama untuk sekedar say no. Saat ngomong 'nggak', aku malah sibuk mikirin perasaan orang yang kutolak itu. Padahal say no itu harusnya untuk diri kita sendiri ya. Dulu pernah ada momen aku menolak ikutan reunian yang jumlah orangnya lumayan ramai, setelah menolak hadir perasaan nggak enaknya sampai berhari-hari coba ð
Amin ci. Makasih yaaa.
DeleteAku pun begitu ciii.. mikirin perasaan orang lain itu. Padahal harusnya fokus ke diri sendiri dlu.
Duh yang begini nih bikin ga enak hati ðĪĶ
Cari rumah memang butuh proses panjang, apalagi untuk tempat tinggal bukan jangka waktu sebentar otomatis perlu melalui banyak pertimbangan ð
ReplyDeleteSemangat mba semoga lancar ð heehe. Bicara soal penolakan, saya termasuk yang sering melaluinya baik sebagai pihak penolak ataupun yang ditolak ð especially didunia kerja, sampai kebal saya karena sering menolak dan ditolak ðĪŠ sekarang saya anggap itu bagian dari hidup dan yaaaah mari kita nikmati saja prosesnya ð
Amin. Makasih yaa Mba..
DeleteHhha emang lama-lama malah jadi kaya kebal gitu yaa mba. Yaa, emang apapun prosesnya perlu untuk di lewati ð
Penolakan memang sama saja dengan bilang tidak. Sebagai orang yang ngga enakan, memang susah. Tapi mengatakan tidak ternyata perlu untuk hal-hal yang tidak kita inginkan kedepannya.
ReplyDeleteApalagi kalo mencari rumah, mencari tempat tinggal yang akan dipakai bukan hanya 1-2 tahun. Saya saja, memilih laptop hampir 3 bulan lamanya. Apalagi kalo memilih rumah, butuh banyak pertimbangan yang lebih serius
Bener Mas, ada pertimbangan2 yg perlu di perhatikan. Seperti kata Mba Eno, dinikmati saja prosesnya hhhe..
DeleteAku paling benci juga kalo hrs menyampaikan kabar penolakn ke org lain -_- . Antara rasa ga enak, ga tega, tp kalo dipaksain ntr kita yg sengsara. Kadang2 aku malah minta pak suami yg nyampaikan. Krn dr sisi kerjaan, dia lebih banyak di bagian komunikasi dengan orang2, jd LBH supel dan luwes cara menyampaikannya. Sama2 nolak, tp setidaknya LBH enak saat disampaikan.
ReplyDeleteBeda Ama aku yg agak susah kalo ngomong lgs. LBH blak2an, takutnya yg nerima berita, malah makin ga enak -_- .
Iya bener Mba, merasa ga enak gitu. Padahal perlu juga sesekali untuk menolak jika emang ga cocok sama kita kan huhuhu...
Delete