Perjalanan untuk lepas dari PCO ini memang terbilang tidak mudah. Namun, saya menyadari bahwa ini masih bisa untuk diteruskan. Jika berkaca dari teman-teman lain yang punya kondisi serupa dengan saya, apa yang saya lakukan ini belum ada apa-apanya. Ada yang sudah melakukan ini dan itu dalam durasi lama dan belum menerima hasil positifnya. Mereka tetap berusaha dan semangat untuk menjalani setiap prosesnya. Maka, saya pun demikian adanya.
Menyadari bahwa saya termasuk orang yang insecure, gampang kepikiran omongan orang, dan suka membayangkan macam-macam, itu membuat semua proses ini semakin tidak mudah. Saya menyadari bahwa butuh orang lain yang bisa membantu saya mengatasi masalah psikis. Ya, psikis juga perlu untuk dibenahi, bukan hanya fisik semata. Saya berdiskusi dengan koko perihal ini. Sebab, ketika saya bertemu dengan ahlinya, maka siap untuk membuka kisah saya yang berhubungan juga dengan rumah tangga kami.
Bersyukur punya suami yang sangat support dan terbuka. Dia sadar bahwa bukan semata-mata cukup didengarkan olehnya, namun saya butuh orang lain yang turun berperan dalam menghadapi semua ini. Akhirnya saya memutuskan untuk konsultasi di Brawijaya Clinic Kemang. Saya mendaftar untuk konsultasi dengan Psikolog Tiga Generasi yang praktek di hari Sabtu. Saya tidak spesifik memilih harus psikolog tertentu. Karena saya bekerja dan hanya bisa hari Sabtu, maka saya terima siapapun psikolognya yang praktek hari itu.
Kenapa saya memilih Psikolog Tiga Generasi?
Tiga Generasi merupakan pusat informasi dan konsultasi mengenai perkembangan diri, anak, dan juga keluarga di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2015 (Tiga Generasi).
Ketika saya cek website dan media sosialnya (Instagram), saya menemukan bahwa tempat ini bisa menjadi wadah untuk saya mencari pegangan. Tiga Generasi memiliki layanan konsultasi psikologi. Sebetulnya ada layanan lain yang dimiliki olehnya. Semua bisa cek di Tiga Generasi atau IG: @TigaGenerasi.
Saya pertama kali konseling pada tanggal 13 Juli 2019 dan bertemu dengan psikolog Ibu Fath Fatheya. Sesi Konseling berlangsung dua jam. Sebetulnya saya hanya daftar untuk satu jam, namun karena belum selesai akhirnya diteruskan hingga dua jam. Hasil konseling pertama, saya merasa lebih lega. Mungkin karena bisa mengeluarkan unek-unek tanpa di nilai negatif. Ibu Fath juga sangat ramah dan mendengarkan saya dengan seksama. Tidak terlihat dari raut mukanya yang bosan dengan cerita saya. Setiap kalimat yang keluar dari mulut saya di dengarkannya baik-baik. Sesekali diselingi dengan bercanda dan tertawa. Selesai konseling, Ibu Fath membebaskan kepada saya untuk kembali melakukan konseling berikutnya atau cukup sampai disitu. Semua dikembalikan kepada kebutuhan saya. Saya memang sudah mulai mendapatkan pencerahan berdasarkan kesimpulan yang diberikan oleh Ibu Fath. Namun, saya merasa masih butuh untuk berbicara lebih lanjut. Selain itu, Ibu Fath juga meminta saya untuk menulis setiap hal yang menjadi beban pikiran. Apapun itu, berhubungan dengan kantor atau rumah, dsb. Tanpa harus fokus untuk masalah hamil dan anak.
Dikarenakan Ibu Fath ada jadwal keluar kota dan saya juga ada kegiatan di tiap weekend, maka jadwal berikutnya adalah 10 Agustus 2019. Sesi ke-2 ini kembali berlangsung selama dua jam. Wah tidak terasa memang kalau bicara dengan psikolog. Sesi ke-2, saya membawa "PR" yang diminta oleh Ibu Fath. Saya membawa tulisan mengenai perihal kejadian-kejadian dan waktu terjadinya yang membuat saya kepikiran. Disitu saya diminta untuk merefleksikan perasaan saya ketika mengalami hal itu. Bahkan diminta untuk mengingat-ingat apakah ada reaksi fisik yang terjadi. Misalnya deg-degan, tangan keringetan, atau bahkan mulas. Semua itu reaksi fisik yang mungkin terjadi ketika kita terlalu memikirkan sesuatu.
Sesi ke-2 memang lebih banyak membahas PR. Tapi disitu saya mendapat insight baru yang diluar dugaan. Ternyata saya selama ini seperti itu toh. Ternyata saya begini dan begitu. Ternyata kecemasan saya memang berlebihan padahal itu semua tidak terjadi, dst, dll. Selama proses ini, saya menikmati momen keterbukaan yang terjadi antara saya dan Ibu Fath. Merasa tidak berjarak dan tanpa ketakutan. Padahal dia seorang psikolog yang mungkin saja sudah mendengar masalah serupa dengan yang saya alami. Namun, Ibu Fath tidak terlihat merendahkan. Padahal diawal saya deg-degan ketika mau konseling dengan psikolog. Ada rasa takut jika hasilnya malah membuat saya semakin down.
Proses konseling ini terjadi bersamaan dengan saya yang tetap rutin melakukan yoga. Menurut Ibu Fath itu sangat bagus untuk mengontrol emosi dan pikiran saya. Beliau menyarankan untuk konseling sesi berikutnya akan dilakukan terapi untuk mengurangi rasa cemas saya. Namun, hingga saat ini saya tidak pernah datang lagi untuk konseling. Saya merasa cukup dengan konseling yang sudah dilakukan. Perihal terapi, saya rasa masih bisa nanti-nanti untuk dilakukan. Saya sedang fokus dengan yoga karena itu menyenangkan. Sedangkan, ada hal baru yang diluar dugaan saya namun menjadi jawaban dari setiap proses selama ini.
Apa hal baru tersebut? Next akan saya ceritakan lebih lanjut 😉
Refrensi:
https://pixabay.com/photos/hands-pregnant-woman-heart-love-2568594/
https://tigagenerasi.id/
Saya pertama kali konseling pada tanggal 13 Juli 2019 dan bertemu dengan psikolog Ibu Fath Fatheya. Sesi Konseling berlangsung dua jam. Sebetulnya saya hanya daftar untuk satu jam, namun karena belum selesai akhirnya diteruskan hingga dua jam. Hasil konseling pertama, saya merasa lebih lega. Mungkin karena bisa mengeluarkan unek-unek tanpa di nilai negatif. Ibu Fath juga sangat ramah dan mendengarkan saya dengan seksama. Tidak terlihat dari raut mukanya yang bosan dengan cerita saya. Setiap kalimat yang keluar dari mulut saya di dengarkannya baik-baik. Sesekali diselingi dengan bercanda dan tertawa. Selesai konseling, Ibu Fath membebaskan kepada saya untuk kembali melakukan konseling berikutnya atau cukup sampai disitu. Semua dikembalikan kepada kebutuhan saya. Saya memang sudah mulai mendapatkan pencerahan berdasarkan kesimpulan yang diberikan oleh Ibu Fath. Namun, saya merasa masih butuh untuk berbicara lebih lanjut. Selain itu, Ibu Fath juga meminta saya untuk menulis setiap hal yang menjadi beban pikiran. Apapun itu, berhubungan dengan kantor atau rumah, dsb. Tanpa harus fokus untuk masalah hamil dan anak.
Dikarenakan Ibu Fath ada jadwal keluar kota dan saya juga ada kegiatan di tiap weekend, maka jadwal berikutnya adalah 10 Agustus 2019. Sesi ke-2 ini kembali berlangsung selama dua jam. Wah tidak terasa memang kalau bicara dengan psikolog. Sesi ke-2, saya membawa "PR" yang diminta oleh Ibu Fath. Saya membawa tulisan mengenai perihal kejadian-kejadian dan waktu terjadinya yang membuat saya kepikiran. Disitu saya diminta untuk merefleksikan perasaan saya ketika mengalami hal itu. Bahkan diminta untuk mengingat-ingat apakah ada reaksi fisik yang terjadi. Misalnya deg-degan, tangan keringetan, atau bahkan mulas. Semua itu reaksi fisik yang mungkin terjadi ketika kita terlalu memikirkan sesuatu.
Sesi ke-2 memang lebih banyak membahas PR. Tapi disitu saya mendapat insight baru yang diluar dugaan. Ternyata saya selama ini seperti itu toh. Ternyata saya begini dan begitu. Ternyata kecemasan saya memang berlebihan padahal itu semua tidak terjadi, dst, dll. Selama proses ini, saya menikmati momen keterbukaan yang terjadi antara saya dan Ibu Fath. Merasa tidak berjarak dan tanpa ketakutan. Padahal dia seorang psikolog yang mungkin saja sudah mendengar masalah serupa dengan yang saya alami. Namun, Ibu Fath tidak terlihat merendahkan. Padahal diawal saya deg-degan ketika mau konseling dengan psikolog. Ada rasa takut jika hasilnya malah membuat saya semakin down.
Proses konseling ini terjadi bersamaan dengan saya yang tetap rutin melakukan yoga. Menurut Ibu Fath itu sangat bagus untuk mengontrol emosi dan pikiran saya. Beliau menyarankan untuk konseling sesi berikutnya akan dilakukan terapi untuk mengurangi rasa cemas saya. Namun, hingga saat ini saya tidak pernah datang lagi untuk konseling. Saya merasa cukup dengan konseling yang sudah dilakukan. Perihal terapi, saya rasa masih bisa nanti-nanti untuk dilakukan. Saya sedang fokus dengan yoga karena itu menyenangkan. Sedangkan, ada hal baru yang diluar dugaan saya namun menjadi jawaban dari setiap proses selama ini.
Apa hal baru tersebut? Next akan saya ceritakan lebih lanjut 😉
Refrensi:
https://pixabay.com/photos/hands-pregnant-woman-heart-love-2568594/
https://tigagenerasi.id/
No comments
Halo, salam kenal!
Terimakasih ya atas kesediaannya untuk membaca tulisan ini. Boleh ditinggalkan komennya agar kita bisa berkomunikasi satu sama lain :)
Sampai berjumpa di tulisan-tulisan berikutnya.